Si Tou Tumou Timou Tou

manguni.gif

Wacana

archives

forum

opinion

in-depth


Komunitas

Sosial

Sejarah

Agama

Tradisi

Other

Sastra:

Puisi/syair

Novel

Grap-grap

Script

References:

Sosial

Politik

Ekonomi

Budaya

Sejarah

Filsafat

Agama

Sastra

IPTEK

Internet
waruga.jpg

Home · Articles · Forums · Chat · About Us ·
cakalele2.jpg Ekplorasi ide-pemikiran Tou Minahasa dan keminahasaan kirim ke: nuwu@sulutlink.com
Minahasa adalah sel-sel global, fakta yang tak bisa ditampik. Ini tak sekadar cerita tapi berjalan atas tilikan sejarah dan representasi amanat 'roh' the founding fathers minahasa...

minahasa.gif


Journal Headlines:

Bermulanya Minahasa dikenal di Peta Dunia

Oleh Harry Kawilarang

Simon Kos, seorang Belanda, pejabat VOC di Ternate pada tahun 1630 memasuki tanah Minahasa dibawah pengaruh Spanyol. Kos melaporkan hasil perjalanannya  kepada Batavia yang waktu itu menjadi pusat pemerintahan dibawah kekuasaan  persekutuan dagang, ‘Verenigde Oost-Indiesche Compagnie.?Kos melaporkan  bahwa Sulawesi Utara cukup potensial, baik lahan maupun posisi letaknya strategis sebagai jalur lintas rempah-rempah dari perairan Maluku menuju Asia-Timur. Lagi pula jalur lintas niaga laut lebih tenang bagi pelayaran kapal-kapal kayu dibanding melalui Laut Cina Selatan. Kos melaporkan bahwa  kehadiran Spanyol di Laut Sulawesi hingga perairan Maluku Utara merupakan ancaman bagi kepentingan niaga VOC bila ingin menguasai gudang rempah-rempah  kepulauan Maluku.

Laporan Simon Kos mendapat perhatian dari Jan Pieter Zoon Coen,  Gubernur-Jendral VOC di Batavia yang ingin mengusir Spanyol dari kepulauan Maluku Utara guna melakukan monopoli. Usaha perluasan pengaruh di Laut Sulawesi memperoleh peluang bagi VOC terjadi disaat penduduk Minahasa berjuang menghadapi kolonialisme Spanyol. Minahasa mengalami rawan sosial, dan wanita setempat menjadi korban pemerkosaan dari para musafir Spanyol.

Masa itu VOC memperoleh dukungan dari pemerintahannya yang dilanda trauma  kolonialisme Spanyol di Eropa Utara, termasuk Belanda. Invasi itu menyebabkan  Belanda perang kemerdekaan di pertengahan abad ke-16 yang mashur dengan sebutan Perang 80 tahun. Spanyol kalah, dan kekalahannya berlanjut hingga Asia-Timur dan Asia-Tenggara serta kawasan Pasifik Barat-Daya.
  Selain dengan  Spanyol, Belanda juga memusuhi Portugis yang juga menjadi saingannya dalam  usaha perluasan koloni. Yang terakhir ini juga berlomba adu pengaruh dengan  Spanyol memperebutkan gudang produksi rempah-rempah di Maluku sebelum  pembentukan pemerintahan gabungan Portugis-Spanyol pada 1580.

Menado Dalam Peta Dunia

Pengenalan tanah Minahasa oleh bangsa-bangsa Barat diawali dengan kedatangan  musafir Spanyol pada 1532. Bermula sejak bandar Malaka didatangi kapal-kapal  Portugis pimpinan D'Abulquergue pada 1511 membuka jalur laut menuju gugusan  kepulauan Maluku. Jalur ini kemudian baru dimapankan pada 1521. Sebelumnya  kapal-kapal Spanyol pimpinan Ferdinand Magelhaens merintis pelayaran dalam usaha tujuan serupa yang dilakukan Portugis. Bedanya jalur ini dilakukan dari  ujung benua Amerika-Selatan melintasi samudera Pasifik dan mendarat di kepulauan Sangir Talaud di laut Sulawesi.

Sebelum menguasai kepulauan Filipina pada 1543, Spanyol menjadikan pulau
Manado Tua sebagai tempat persinggahan untuk memperoleh air tawar. Dari pulau  tersebut kapal-kapal Spanyol memasuki daratan Sulawesi-Utara melalui sungai Tondano.

Hubungan musafir Spanyol dengan penduduk pedalaman terjalin melalui barter  ekonomi bermula di Uwuran (sekarang kota Amurang) ditepi sungai Rano I Apo.  Perdagangan barter berupa beras, damar, madu dan hasil hutan lainnya dengan  ikan dan garam.

Gudang Kofi

Minahasa menjadi penting bagi Spanyol, karena kesuburan tanahnya dan
digunakan Spanyol untuk penanaman kofi yang berasal dari Amerika-Selatan
untuk dipasarkan ke daratan Cina. Untuk itu di-bangun Manado sebagai menjadi
pusat niaga bagi pedagang Cina yang memasarkan kofi kedaratan Cina. Nama
Manado dicantumkan dalam peta dunia oleh ahli peta dunia, Nicolas_Desliens?
pada 1541. Manado juga menjadi daya tarik masyarakat Cina oleh kofi sebagai
komoditi ekspor masyarakat pedalaman Minahasa. Para pedagang Cina merintis  pengembangan gudang kofi (kini seputar Pasar 45) yang kemudian menjadi daerah  pecinan dan pemukiman. Para pendatang dari daratan Cina berbaur dan berasimilasi dengan masyarakat pedalaman hingga terbentuk masyarakat pluralistik di Minahasa bersama turunan Spanyol, Portugis dan Belanda.

Kemunculan nama Manado di Sulawesi Utara dengan berbagai kegiatan niaga yang dilakukan Spanyol menjadi daya tarik Portugis sejak memapankan posisinya di Ternate. Untuk itu Portugis melakukan pendekatan mengirim misi Katholik ke tanah Minahasa pada 1563 dan mengembangkan agama dan pendidikan Katholik.

Lomba Adu Pengaruh di Laut Sulawesi

Sebenarnya kedatangan Portugis ke Minahasa adalah kehendak kesultanan Ternate yang waktu itu berada dibawah kepemimpinan Sultan Hairun yang mengklaim bahwa Sulawesi-Utara sebagai fazal ekonomi kesultanan yang diganggu Spanyol. Sultan Hairun juga menggunakan kekuatan Portugis untuk "menjinakkan" masyarakat  "Alifuru" yang tidak ingin tunduk kepada kepemimpinan kesultanan Ternate.

Kedatangan para musafir Portugis diterima dengan tangan terbuka oleh penduduk setempat, tetapi tidak disenangi Spanyol, karena menjadi saingan. Dilain pihak penduduk setempat tidak menyenangi Spanyol karena sering membuat onar, apalagi merusak sentra-sentra ¨budaya masyarakat pedalaman. Persaingan Spanyol dengan Portugis memuncak hingga Minahasa menjadi ajang konflik. Pertikaian berakhir dan Spanyol memperoleh konsesi di Sulawesi Utara ketika Spanyol dan Portugis menjadi kesatuan dibawah kepemimpinan raja Spanyol pada 1580.

Penterasi Budaya dan Agama

Minahasa yang semula merupakan tempat persinggahan, oleh Spanyol menjadi
pangkalan penting guna menguasai Filipina dan dipusatkan di Manado dan
Amurang. Juga dijadikan sebagai pusat logistik bahan-bahan pangan guna
menunjang personal mereka di kepulauan Cebu (Filipina) dan Maluku. Hal ini
terjadi setelah gudang produksi beras daerah Kali ditepi Danau Tonsawang
milik masyarakat "Alifuru" dikuasai Spanyol. Sedangkan gudang beras di
Tondano diperolehnya dengan jalan damai. Sebab para walak yang memimpin
Tondano dikenal sangat ketat dan memberi perlawanan sengit terhadap penetrasi  luar yang merugikan
  wilayahnya.

Spanyol tidak ingin mengambil risiko untuk berkonfrontasi dengan Tondano agar
tidak membahayakan eksistensinya di Laut Sulawesi guna merebut Filipina
dibawah kekuasaannya. Untuk itu Spanyol melakukan pendekatan atas dasar
persamaan hak dengan para pemuka masyarakat penghuni sekitar tepi danau
Tondano.

Persaingan Adi-Kuasa Eropa dikawasan Laut Sulawesi hingga perairan Laut
Maluku Utara untuk menguasai kepulauan Maluku penghasil rempah-rempah mulai berkembang sejak awal abad ke-17. Persaingan itu telah mengganggu
ketenteraman masyarakat Sulawesi-Utara dari lomba pengaruh yang bermula
antara Spanyol dengan Portugis. Posisi Minahasa menonjol sebagai kantong
ekonomi terutama sebagai produsen beras oleh berbagai kerajaan diseputar Laut Sulawesi dan Laut Ternate.

Pedalaman Minahasa yang kaya sebagai lumbung beras yang dimiliki masyarakat "Alifuru" diseputar danau Tondano tidak tersentuh oleh penetrasi luar.

Spanyol dan Portugis secara bertahap memperluas pengaruh budaya Hispanik dan menyebarkan agama Katolik di pedalaman tanah Minahasa hingga memungkinkan baginya menguasai pedalaman Sulawesi-Utara.

Penetrasi diplomasi agama dan budaya hingga Spanyol berhasil membentuk dan menguasai jaringan niaga bagi penyaluran hasil produksi komoditi pedalaman Minahasa. Akibatnya tata-niaga penduduk setempat mengalami rasa ketergantungan dari Spanyol. Pendekatan diplomasi budaya dan agama yang berlanjut dengan menguasai tata-niaga perdagangan berkembang menjadi
kolonialisme hingga Spanyol tidak disenangi penduduk setempat karena
menimbulkan berbagai akibat buruk oleh dominasi ekonomi dan kehidupan sosial dan selama hampir satu abad.

Pertentangan Eropa Selatan- Eropa Utara di Laut Sulawesi

Keadaan berubah di abad ke-17 ketika Belanda dan Inggris mulai memperlihatkan supremasi di Asia-Tenggara dan perairan Maluku. Sejak itupun Sulawesi Utara menjadi penting bagi VOC yang berkedudukan di Batavia dan ingin memperluas pengaruh hingga Maluku Utara. Sebab kawasan ini sangat strategis untuk mengawasi Laut Sulawesi terhadap ancaman dari utara. Peranan kota Manado sejak pendudukan Spanyol mulai menonjol sebagai pusat logistik bahan pangan, terutama komoditi beras yang dihasilkan pedalaman Minahasa. Kapal-kapal VOC untuk pertama kali memasuki bandar Manado pada 1607 untuk membeli beras dan bahan pangan lainnya yang diperlukan sebagai bekal bagi perjalanan menuju daratan Cina. Namun tidak memperoleh hasil karena larangan Spanyol yang telah menguasai niaga Sulawesi-Utara.

Pada 1607 Gubernur Cornelis Mattelief dari Batavia mengutus Jan Lodewijk
Rossingeyn menjalin hubungan niaga, namun ditolak oleh Spanyol. Usaha
pendekatan dilanjutkan pada 1610 ketika pimpinan VOC di Batavia mengutus
Kapten Verhoeff yang juga gagal. Verhoeff memberi laporan lengkap mengenai
potensi yang dimiliki Minahasa hingga menarik minat Batavia untuk menguasai
Sulawesi Utara bagi kepentingan keamanan VOC di Maluku.

Pihak VOC mulai melakukan konsolidasi kekuatan untuk merebut Laut Sulawesi dari Spanyol dipusatkan di Ambon. Pertempuran singkat Spanyol-Belanda berkecamuk pada bulan Agustus 1614 dikepulauan Siau dengan kemenangan Belanda. Setelah kekalahan di Siau, Spanyol memusatkan kekuatannya di Manado. Untuk menghadapi serbuan Belanda, dibangun membangun sebuah benteng dipesisir kota itu yang berhadapan dengan pulau Manado Tua.

Kekalahan di Siau menurunkan citra Spanyol di kalangan penduduk sekitar Laut
Sulawesi hingga memperlemah posisinya di Maluku-Utara. Tetapi menguntungkan posisi VOC memperluas pengaruh di Maluku-Utara dengan Kesultanan Ternate. Kemenangan gemilang dimungkinkan karena VOC sebelumnya menjalin hubungan persahabatan dengan para pemuka kesultanan pada 1607 yang dendam terhadap Spanyol. Hal ini terjadi karena Spanyol menangkap Sultan Sahid Berkat dan diasingkan ke Manila. Pihak kesultanan Ternate mendekati Belanda sebagai pengimbang menghadapi kekuatan Spanyol. Jaminan keamanan dari VOC diperoleh Ternate ketika putera Sahid, Sultan Modafar diangkat menduduki singgasana kepemimpinan pada 1610 tanpa gangguan Spanyol.

Diplomasi Minahasa

Kehadiran Belanda dan Inggris sebagai Adi-Kuasa di perairan Maluku memberi
angin bagi para walak tanah Minahasa untuk mengusir Spanyol dari Minahasa
dengan melakukan pendekatan kepada pihak Belanda yang telah menguasai Ternate setelah berhasil menyingkirkan kekuatan Portugis diperairan Maluku.
Pendekatan terjadi ketika tiga kepala walak masing-masing: Supit, Paat? dan
Lontoh?melakukan misi diplomasi dan berhasil menemui perwakilan VOC di
Ternate pada 1630. Sebelum memerangi Spanyol, pihak VOC mendekati Inggris
untuk tidak mencampuri. Karena Inggris juga memiliki pengaruh dibeberapa
kepulauan Maluku dan hubungan antara Belanda dengan Inggris cukup akrab
karena sama-sama memusuhi Spanyol dan Portugis saling berlomba melakukan perluasan pengaruh di kawasan Asia-Pasifik.

Inggris sepakat membiarkan Belanda mengusir Spanyol dari Sulawesi-Utara
terutama dari tanah Minahasa. Pada awal abad ke-17 Inggris dan Belanda saling bahu membahu melakukan pengembangan usaha menuju Asia-Tenggara sebagai hasil solidaritas mengusir penjajahan Spanyol dari Eropa Utara. Pengembangan East India Company yang didirikan oleh Inggris tidak beda dengan VOC. Perluasan persekutuan dagang Belanda dan Inggris sempat dihambat oleh Spanyol dan Portugis yang merupakan saingan. Namun kedua negeri Hispanik ini tidak berdaya membendung kekuatan armada laut asal Eropa-Utara ini, hingga kehilangan pengaruh di Maluku. Tetapi jalinan hubungan akrab Belanda-Inggris tidak abadi dan berakhir dengan konfrontasi akibat penyakit monopoli menguasai rempah-rempah. Persaingan serupa juga dialami antara Spanyol dengan Portugis hingga sejak abad ke-17 kawasan Asia-Tenggara menjadi lomba konflik para Adi-Kuasa asal Eropa.
 

Usaha para walak membawa hasil memupuskan kekuasaan Spanyol di tanah
Minahasa. Spanyol kehilangan dominasi terhadap Laut Sulawesi antara penguasa Spanyol dengan Belanda di Eropa melalui Perjanjian Munster? pada tahun 1648.

Sengketa Belanda-Spanyol di Minahasa

Pengaruh VOC di Sulawesi Utara tidak disenangi Spanyol. Sebab Spanyol telah
menanamkan modal dengan pengembangan berbagai komoditi pertanian ekspor
seperti kofi, pisang dan kopra di Sulawesi-Utara. Komoditi ini merupakan
potensi niaga dengan Asia-Timur, terutama daratan Cina. Untuk itu dikirim
Bartholomeus de Soisa dari Filipina mempertahankan posisi Sulawesi-Utara
terutama tempat penghuni masyarakat Minahasa. Spanyol menduduki daerah Uwuran dan beberapa tempat dipesisir pantai pada 1651 dengan bantuan prajurit asal Makassar. Karena yang terakhir ini mengklaim Sulawesi-Utara sebagai bagian dari wilayah kesultanan Makassar. Pendudukan ini menimbulkan reaksi Belanda di Ternate. Dibawah pimpinan Simon Kos, pada akhir 1655 kekuatan Belanda mendarat di muara sungai dan langsung membangun benteng.

Pembangunan Benteng ‘De_Nederlandsche_Vastigheit‚’ dari kayu-kayu balok
 
sempat menjadi sengketa sengit antara Spanyol dengan Belanda. Kos berhasil
meyakinkan pemerintahannya di Batavia bahwa pembangunan benteng sangat
penting untuk mempertahankan posisi Belanda di Laut Sulawesi. Dengan
menguasai Laut Sulawesi akan mengamankan posisi Belanda di Maluku dari
Spanyol.

Setelah memperoleh dukungan sepenuhnya dari Batavia, Kos berlayar menuju
Manado disertai dua kapal perang Belanda, Molucco dan Diamant pada awal 1661 dari Ternate. Kekuatan ini mengalahkan Spanyol dan Makassar hingga di Manado hingga
  Amurang pada bulan Februari 1661. Belanda memapankan pengaruhnya di Sulawesi-Utara dan merubah benteng semula dengan bangunan permanen dari beton. Benteng ini memperoleh nama  baru, ‘Ford Amsterdam‚’ dan diresmikan oleh Gubernur VOC dari Ternate, [1]Cornelis Francx?pada 14 Juli 1673 (Benteng terletak dikota Manado dibongkar oleh Walikota Manado pada 1949 - 1950). Sejak saat itu Spanyol memusatkan koloninya di Filipina sebagai basis kepentingan ekonomi di Asia-Timur. Kolonialisme Spanyol di Filipina berakhir dan diserahkan Amerika Serikat pada 1896 akibat kalah dalam perang AS-Spanyol pantai Barat Amerika-Utara.

Diplomasi para walak mendekati Belanda berhasil mengusir Spanyol dari
Minahasa.
  Namun konsekwensi yang harus dialami adalah rintisan jalur niaga
laut di Pasifik hasil rintisan Spanyol sejak ¨abad ke-17 terhenti dan
mempengaruhi perekonomian Sulawesi Utara. Sebab jalur niaga ini sangat
bermanfaat bagi penyebaran komoditi eskpor ke Pasifik. Sejak itupun pelabuhan Manado menjadi sepi dan tidak berkembang yang turut mempengaruhi pengembangan kawasan Indonesia bagian Timur hingga Pasifik Barat Daya. Dilain pihak, pelabuhan Manado hanya menjadi persinggahan jalur niaga dari Selatan (berpusat di Surabaya, Tanjung Priok yang dibangun oleh Belanda sejak abad ke-XVIII) ke Asia-Timur melalui lintasan Selat Makassar. Itupun hanya digunakan musiman saat laut Cina Selatan tidak di landa gelombang ganas bagi kapal-kapal. Sedangkan semua jalur niaga Asia-Timur dipusatkan melalui Laut Cina Selatan, Selat Malaka, Samudera Hindia, Tanjung Harapan Atlantik-Utara yang merupakan pusat perdagangan dunia.

Sebagai akibatnya kegiatan hubungan ekonomi diseputar Laut Sulawesi secara
langsung dengan dunia luar praktis terlantar. Karena penyaluran semua
komoditi diseluruh gugusan nusantara melulu diatur oleh Batavia yang
mengendalikan semua jaringan tata-niaga dibawah kebijakan satu pintu.
Penekanan ini membawa derita berkepanjangan bagi kegiatan usaha penduduk
pedalaman Minahasa.

Pergeseran pengaruh kekuasaan dari Spanyol kepada Belanda telah merubah
sistem tata-niaga dimana komoditi Sulawesi-Utara tidak dapat berhubungan
langsung dengan berbagai pasaran dipaparan Pasifik. Jaringan niaga Laut
Sulawesi di Asia-Timur dan rintisan jalur niaga Pasifik yang menghubungkan
kawasan ini dengan daratan benua Amerika oleh Spanyol praktis tertutup. Semua komiditi ekspor ekonomi penduduk Sulawesi-Utara dikendalikan melulu dari Batavia diciptakan sejak zaman VOC dilanjutkan oleh pemerintahan
Hindia-Belanda sebagai penguasa tunggal terhadap imperium kolonial
terbesarnya di Asia-Tenggara.

Namun tekanan ini menimbulkan motivasi tersendiri bagi masyarakat Minahasa
mempertahankan eksistensi keberadaannya dengan pengembangan diplomasi seperti yang dilakukan para Walak Minahasa dalam cara menghadapi kolonialisme Barat.

Terlepas dari penderitaan yang dialami Minahasa dari penjajahan
  baik Spanyol
maupun Portugis, namun hikmah dari kolonialisme Eropa hingga Minahasa
mengenal pengetahuan westernisasi. Pengetahuan ini dijadikan sebagai senjata
penangkal terhadap penetrasi kolonialisme Barat dengan menggunakan
pengetahuan Barat.
 

Bermulanya_Pertentangan_VOC_Dengan_Pemerintah_Belanda

Ternyata
  penyakit lomba monopoli menjadi penyebab hingga  dampak dari perang 80 tahun di Eropa-Utara oleh rumpun Hispanik berkembang di Asia-Timur dan Tenggara dan masing-masing saling berlaga lomba adu pengaruh. Walau satu benua, tetapi masing-masing memiliki persepsi saling berbeda agama. Pengaruh reformasi agama di Eropa-Utara hingga perbedaan dengan Eropa-Selatan turut berperan. Hal ini terlihat dari gaya terapan kolonialisme "Pax Europeana" dikawasan ini, yang mana masing-masing memiliki caranya sendiri. Begitu pula dalam pengembangan unsur agama dan penyebaran Kristenisasi diberbagai koloni. Koloni-koloni Spanyol dan Portugis dialiri pengembangan Jesuitisme, sedangkan Belanda dan Jerman mengembangkan Protestantisme.

Di Minahasa mulanya berkembang Katolik pada era [1]Conquistadores? antara
Spanyol dan Portugis yang pernah membagi peta bumi dalam dua bagian dan
memperoleh titik temunya di perairan Halmahera. Kekalahan Spanyol dan
Portugis dari Belanda digugusan nusantara (kecuali Filipina dan kepulauan
Nusa Tenggara-Timur dan Timor-Timur) dan Pasifik Barat-Daya (penyerahan Irian dari Spanyol kepada Jerman) posisi geografi kolonialisme Eropa mengalami perubahan sejak abad ke-19. Asia-Tenggara, Laut Sulawesi, Maluku hingga Pasifik Barat-Daya bebas dari kolonialisme Spanyol dikuasai Belanda,
Amerika-Serikat dan Jerman (hingga 1918).

Mulanya VOC menghendaki gugusan Nusantara
  melulu menjadi garapan ekonomi sesuai fungsi dari [1]Hak Oktroi?yang diperolehnya ketika lembaga ini
didirikan pada tahun 1602 melalui persetujuan Staten-General.?VOC langsung
berada dibawah pengawasan dari ‘Heren Zeventien,?yang menempatkan wakil
dari masing-masing provinsi di Belanda menanam modal terwujudnya usaha dagang sekaligus penunjang ekonomi di negeri Belanda yang dibentuk awal abad ke-17 di Amsterdam. Namun pertentangan berkembang ketika ‘Staten-General‚’ yang merupakan lembaga eksekutif tertinggi Belanda pada 1617 memutuskan melakukan pengembangan Kristenisasi diberbagai wilayah yang dikuasai VOC. Hal ini dilakukan guna mengimbangi Spanyol dan Portugis yang ketika itu mengembangkan agama Katolik diberbagai koloninya di Asia-Timur hingga Pasifik. Pengembangan agama dilakukan dengan dibangunnya berbagai sarana pendidikan Kristen dan gereja. Hadirnya pengembangan agama Kristen yang dikehendaki oleh pihak Staten-General tidak disenangi VOC yang ternyata memiliki persepsi sendiri dalam cara mengembangkan kekuasaannya terhadap imperium terbesarnya digugusan kepulauan nusantara.