| Home | Profile | Article | Cerpen | Book | Puisi | Picture | Music | Collection | Journal |

 

 

CERPEN :

Desember 2002
Saya memanggilnya Om Bert
Oleh: Veldy Umbas

Di tengah malam buta, seorang yang tak dikenalnya menggedor pintu rumahnya.  Suasana revolusi yang sarat dengan kejadian tragis memaksanya untuk mengarahkan pistolnya ke arah pintu. Dan sekali lagi ia bertanya, “Siapa di luar?”

23 November 2002
Suraro
Oleh: Veldy Umbas

Serbu!  Tiarap! Mundur!
Hening. Tak ada lagi suara dentum ledakan, desing peluru yang bagai melewati celah-celah rambut dan mengikis daun telinga.  Suara telah menghening.  Tapi dia masih tetap saja merunduk di sudut pagar tembok, di bantalan parit rumahan, sementara matanya awas penuh kewaspadaan. Badannya masih telengkup dan berharap pesawat- pesawat pemburu Zero dan Kobayasi milik jepang masih berputar-putas di atas kepala tak melihatnya.    

2004
Tikus-tikus Rumah
Oleh: Veldy Umbas

Copus se’i,” spontan ibu berteriak dengan kakinya terangkat sementara tangannya menggaruk-garuk angin lalu ekspresi wajahnya menampak ketakutan yang sangat.  Kami semua ikut terkejut dengan teriakannya lalu semua orang yang hadir di pesta itu sontak dibuat riuh oleh suara yang gaduh.

2003
Embun yang Membunuh
Oleh: Veldy Umbas

Pelan dan hampir tak bergerak. Dua kaki itu merapat, sampai si pemilik tahu tak ada celah angin sedikitpun yang menembus tipisnya kulit bersih sekemilau ketela pohon itu.

2002
Lelehan Di Legian
Oleh: Veldy Umbas

Pesan singkat yang masuk di ponselku jelas dan gamblang.
“Legian, Kuta.  Svenn sedang liburan di sana.”“Oh my God.”
Svenn? Aku tak bisa menyelesaikan makan pagi. Telor ceplok, roti panggang dan segelas susu kacang.  Tapi, dia bilang kalau Jogja adalah tempat liburan terbaik sejak kelahiran anaknya yang pertama. Tidak mungkin Bali.  Perbantahan kami tak pernah berakhir soal mana yang lebih baik, Jogja atau Bali. Walau kami sama-sama mengagumi Bunaken, tetap saja. Kedua tempat itu menjadi perdebatan. 

2003
Lumimu’ut
Oleh: Veldy Umbas 

Bulan merah dipanggang malam. Tak ada bintang dan kerlip cahanya langit  di malam pekat. Tapi malam itu, bulan berpindah ke sebuah genangan mata air yang pelan keluar dari dalam perut bumi. Perempuan itu memandangi bulan di genangan. Di langit tak berbintang, bulan itu sangat perkasa dan menjadi penguasa.

Seoul 2002
Bra Sejarah
Oleh: Veldy Umbas 

Pesawat-pesawat Permesta seperti B-26, T-51, Catalina, Lochkeed dihancurkan AURI di lapangan Mapanget Manado. Pasukan KKO pimpinan Mayor Ali Sadikin berhasil mendaratkan dan menduduki kota Amurang, tak berapa jauh dari wilayah penyingkiran di daerah kolonisasi Tompaso-Baru. Beberapa wilayah utama Minahasa telah berhasil diduduki tentara pusat. Berita kekalahan tentara Permesta, terdengar di radio yang cuma dimiliki oleh Ko Leng, satu-satunya di penyingkiran,  lalu menyebar ke seluruh kampung.